Sabtu Bersama Bapak: Cerita yang Berakhir pada Malam Minggu

Sabtu Bersama Bapak, ya novel ini cukup menarik judulnya. Awalnya saya mengira bahwa novel ini cukup mempunyai bobot nilai budaya dan sosial yang tinggi (layaknya novel Dibawah Lindungan Kabah atau Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk). Sayangnya ekspetasi saya terlalu besar. Pada akhirnya di novel ini saya hanya menemukan 'roman' yang berbalut dengan diksi bahasa serta filsafat cinta tingkat tinggi.



Awal pertemuan saya dengan novel ini, ketika salah seorang kawan saya menyarankan untuk membacanya.Sebab katanya novel ini punya rating yang bagus. Mendengar saran tersebut, saya langsung berusaha mencari. Dan seminggu kemudian, novel ini berhasil saya temukan disalah satu toko buku dekat rumah saya.

Novel ini menceritakan perjalanan kehidupan dua orang anak lelaki yang ditinggal sang ayah ketika masa kecil mereka. Sebelum sang ayah meninggal, beliau merekam pesan-pesan untuk anaknya agar bisa menghadapi kehidupan dewasa mereka. Dan pesan ini hanya boleh dibuka ketika Sabtu Sore alias Menjelang Malam Minggu.

Yang sedikit membuat saya kurang bersemangat, pesan-pesan sang ayah tentang kehidupan lebih berkutat pada kehidupan percintaan (terutama dalam membina hubungan rumahtangga serta parenting). Novel ini juga ternyata lebih menonjolkan kesan lika-liku percintaan dua anak lelaki yang menjadi tokoh utama, dibandingkan perjuangan hidup sang Ibu melawan penderitaan hidupnya.

Well, novel ini saya nilai dengan skor 7,0

Komentar

Postingan Populer