(Tulisan lama) Gerakan Mahasiswa Dahulu dan Kini

KENAIKAN harga BBM yang rencananya akan dilaksanakan awal April,menuai protes dari kalangan mahasiswa. Sebagian pergerakan mahasiswa menyikapinya dengan aksi massa besar-besaran.

Pada umumnya mereka melakukan tindakan-tindakan di luar otoritas kita sebagai kaum akademis intelektual, seperti aksi pemblokiran jalan,truk minyak, dan SPBU. Bahkan bukan rahasia umum,bila sebagian elemen mahasiswa melakukan kegiatan yang tak produktif(cenderung destruktif) dalam melakukan aksi.


Alhasil,tak jarang kita menemui di setiap aksi mahasiswa akan berbuah bentrokan dengan aparat keamanan. Yang terjadi kemudian adalah mahasiswa menyalahkan aparat yang cenderung “resesif”,sementara aparat menyalahkan mahasiswa yang cenderung “anarkis”.

Melihat mekanisme aksi massa atau demontrasi saat ini, amat disayangkan. Apalagi mayoritas dari kita tak mendalami esensi dan urgensi dari pelaksanaan aksi tersebut. Dalam melaksanakan aksi, biasanya kajian dan diskusi isu tak begitu didalami dan diperhatikan. Padahal,hal tersebut yang menjadi dasar kita melaksanakan aksi.

Kajian dan diskusi amat diperlukan untuk nantinya merumuskan keputusan tindakan kita dalam isu dan masalah yang beredar di masyarakat. Hal ini yang biasanya dilupakan oleh para aktivis mahasiswa, baik yang telah senior ataupun masih junior. Padahal,aksi angkatan 66 dan angkatan 98 terwujud dikarenakan kajian dan diskusi mendalam mengenai isu permasalahan yang ada.

Melihat kenyataan yang ada, telah terjadi sedikit perbedaan antara tertangkapnya aktivis mahasiswa di era lalu dengan era sekarang. Di era yang lalu (66 dan 98), aktivis mahasiswa ditangkap dan dipenjara karena “ideologis dan pemikiran” mereka yang berseberangan dengan pemerintah. Sehingga di masa tersebut mahasiswa dianggap sebagai Agent Of Change dan kental nuansa Independen. Pada era tersebut, mahasiswa berhasil meraih simpati masyarakat.

Ironisnya, di era sekarang aktivis mahasiswa ditangkap karena “tindakan” mereka yang cenderung membuat kerusakan dan mengganggu ketertiban umum, sehingga banyak masyarakat yang menilainya sebagai tindakan anarkis. Aktivis mahasiswa dipandang sinis oleh sebagian besar masyarakat, karena lebih kental aroma “politis” dibandingkan “sifat kritis”. Bahkan dibeberapa elemen gerakan mahasiswa telah “ditunggangi” oleh kepentingan politisi, untuk menyerang lawan-lawan politiknya.

Kembali pada Intelektualitas
Sejatinya, mahasiswa haruslah memiliki intelektualitas dalam dirinya. Sifat inilah, yang menunjukkan kita sebagai insan akademis dan idealis. Karena sifat tersebutlah, mahasiswa acapkali digadang-gadangkan menjadi penerus estafet kepemimpinan bangsa ini.

Ketika mahasiswa telah melakukan aksi massa dalam menyikapi suatu isu masalah, merupakan gambaran bahwa bangsa ini sedang menghadapi masalah pelik. Ini dikarenakan, mahasiswa cenderung melakukan kajian dan diskusi lintas ilmu yang mendalam dibandingkan masyarakat pada umumnya. Inilah yang harus dipahami oleh kita sebagai aktivis mahasiswa dalam melaksanakan aksi yang mengatasnamakan “ummat atau rakyat”.

Aksi mahasiswa adalah amanat dari ummat kepada kita sebagai kaum intelektual, di mana amanat tersebut tak boleh kita salah gunakan dalam melakukan kegiatan/tindakan yang justru merugikan bahkan menyusahkan ummat. Oleh sebab itu, aksi mahasiswa haruslah dikembalikan pada awalnya sebagai penyampaian derita dan keluh-kesah rakyat kepada penguasa, yang tentunya dilaksanakan dengan cara-cara yang tak menambah derita rakyat.

Sumber:http://kampus.okezone.com/read/2012/03/17/367/595190/gerakan-mahasiswa-dulu-dan-kini

Komentar

Postingan Populer