Siapa yang sakit?

Sesekali kupandangi status muda mudi di jejaring sosial ini.
Yang kutemukan hanyalah sekumpulan sumpah serapah, keluh kesah tentang apa-apa yg mereka derita.
Kadang pula, ratusan kata keluar bagai hewan keluar dari kebun binatang.
Masalahnya sepele, mereka merasa sakit. Entah karena terlalu berharap, atau terlalu gemar mempermainkan. Dua-duanya, sama-sama paling sakit.


Kadangjua, ada diantara kita yg terlalu membela satu manusia. saat ada yg menganalisa krlemahannya, kita seringkali mencela bahkan tak jarang menghina. Padahal, ia yg kita sanjung lagi bela, hanya manusia biasa. Bukan tidak mungkin, ia tak jauh beda dengan kita. Tapi kita terlampau menutup mata, menyerang mereka yg tak sepaham dengan nalar buta. Kitapun sering melabeli mereka dgn kata 'sakit', sementara mereka melakukan hal serupa dalam menamai kita. kedua-duanya, sama-sama merasa tidak sakit.

Saat ini negeri ini, sedang dirundung rasa kecewa. Rakyat marah karena siasat politik citra. Yang katanya santun lagi bijak, nyatanya lebih mirip pembajak. Uang negara, dipakai untuk acara keluarga plus kroni-kroninya. Lucunya, Sang kepala tak merasa ia telah menyakiti jelata. Justru ia berbangga, merasa telah bekerja keras untuk bangsa. Sementara sebagian dari kita, kembali terbuai dalam bingkai citra yang berbeda. Akan sosok manusia, yang senyumnya mempesona pertanda kerendahan hati (katanya). Santun pula tutur katanya, serta bijak berjalan menemui rakyat. Meski rakyat senang akan keberadaannya, tapi hingga sekarang, tak ada perubahan yg pernah ia janjikan. Kini ia diambang tahta, untuk duduk di kursi yang sama dengan yang buat kita kecewa. Dan sebagian kita, lupa akan sakit yang pernah kita derita. Mereka dan kita, sama-sama tak sadar akan rasa sakit yang kita derita.

Terlalu ego kalau kita mengklaim 'sakit' untuk diri seorang. Aku sakit. Kamu sakit. Kita sakit. Mereka sakit. Rakyat Sakit. Pemimpin Sakit. Lalu Bangsa ini sakit.


Petukangan Utara, saat matahari tenggelam dakam senja.

Komentar

Postingan Populer