(Flashback Tulisan) Catatan 9 April: Refleksi Ideologi Pemilu 1955?

9 April nanti, akan menjadi seru menurut saya. Pasalnya akan (kembali) terjadi pertarungan ideologi yg amat kuat, sama seperti pada pemilu awal di tahun 1955. Meski banyak partai memunculkan corak ideologi yg hampir serupa, tapi kita akan tahu bahwa mereka berbeda. Setidaknya ada 6 partai yg saya ketahui, mempunyai kuatnya corak ideologi.

PDI.P, jelas mewarisi platform embrio Barisan Sukarnoisme di PNI. Aroma nasionalis kental disini, meski terdapat bumbu pemikiran "kiri" dan pemikiran "Kristen Kanan". Nasionalisme, seolah menjadi penyeimbang dari dua pemikiran yg selalu berlawanan di negara-negara Barat. Platform ini jualah, yg ditawarkan saat Jokowi dimajukan menjadi Presiden guna mengurangi kecurigaan "misi-misi" terselubung dari 2 arus pemikiran di Partai ini.


Meski partai Baru, Gerindra seolah mewarisi trah semangat dari Partai Sosialis Indonesia (PSI). Ini sebenarnya sesuatu yg lumrah, mengingat Prabowo merupakan anak dari seorang kader PSI. Mungkin awalnya banyak dari kita mengira bahwa partai ini adalah berhaluan 'Ultra-nasionalis'. Tapi pendapat tersebut dimentahkan saat Ahok dicalonkan jadi pedamping jokowi pada pilgub. Hal yang sulit diterima jika Partai Berhaluan Ultra Nasionalis, memajukan kader yang bukan anak bangsa. Platform partai ini semakin jelas, saat Prabowo lebih mengenakan 'Baju Pekerja pabrik' sebagai identitasnya.

Dari Islamis, kita dahulu punya NU dan Masyumi. Yang membedakan NU dan Masyumi adalah sikap politiknya. Masyumi lebih memilih jalur menegakkan nilai-nilai Islam dalam tatanan sistem kenegaraan. Sementara NU, berpandangan bahwa Islam diperjuangkan melalui nilai-nilai kemasyarakatan dan kebudayaan.

PKS dan PBB, bisa dikatakan sebagai anak ideologis dari Masyumi. PKS yang bermula dari PK, jelas tampak membanggakan visi-visi keagamaannya. Terlebih lagi, partai yang lahir dari rahim Jamaah Tarbiyah ini, amat kuat kaitannya dengan Ikhwanul Muslimin (organisasi muslim.terbesar di Dunia). Sejarah pun mencatat, IM juga punya kaitan erat dengan Masyumi. Selain terinspirasi dari IM, Masyumi dipuji oleh Hasan Al Banna karena mampu menyatukan berbagai elemen ummat (bahkan NU ketika awal berdirinya ikut serta bergabung) dalam 1 wadah politik. Maka tak heran, bila PKS yg pemikirannya diwarnai oleh IM, mempunyai kehendak yg kuat untuk mengulangi kesuksesan Masyumi.

Setali tiga uang, PBB juga merupakan anak ideologi Masyumi. Lambang Bulan sabit disertai Bintang pada bendera partai, jelas menunjukkan bahwa partai ini benar-benar ingin melanjutlan perjuangan dari Masyumi. Sayang, kurangnya pendekatan PBB dalam merangkul semua elemen Masyumi seperti SI, Muhammadiyah, Persis, dsb, menjadikan PBB hanya sekadar penerus lambang. Bahkan Parmusi (Persaudaraaan muslim indonesia) yang notanene merupakan penerus pergerakan masyumi, lebih bertahan dalam lingkup PPP.

Di kalangan NU, Ada PPP dan PKB. 2 partai hijau ini jelas mewakili suara pemikiran Nahdiyin. PPP didominasi oleh kalangan Intelektual Nahdiyin. Ketuanya pun dari Nahdiyin. Meskipun demikian, PPP belum bisa dikatakan sebagai 'pewaris murni' ideologi NU. Pasalnya, keberadaan Parmusi yg merupakan anak pergerakan Masyumi di tubuh PPP, menjadikan partai ini lebih mempunyai pemikiran Islam "gado-gado" ; hasil dari transformasi pemikiran Parmusi dan Nahdiyin. Itu membuat PPP bisa menjadi partai "Masyumi model baru" , meski corak pemikirannya berbeda dengan Masyumi. Tak heran bila partai ini memakai slogan "Rumah Besar Ummat Islam".

Sementara PKB yang diprakarsai oleh (alm.) Gusdur, lebih menyuarakan pemikiran Nahdiyin akar rumput (pesantren). Warna NU yang kental ini, menjadikan PKB lebih kental warna NU dibandingkan PPP, meski ia bukan partai berlandas agama. Warna ini semakin jelas, saat PKB lebih mengkonsolidasikan partai (PKNU,PPNUI) serta ormas bercorak nahdiyin (Nahdlatul Wathan, Mathaul Anwar) yang sempat tercerai berai dalam bergerak di pentas politik Nasional.

Lalu dimanakah penerus PKI? Meskipun belum ada partai penerus perjuangan komunis, jelas bahwa para 'kader-kader komunis' sedang bergerilya di Partai berhaluan Nasionalis. Hal ini karena memang komunis lebih akrab dengan nasionalis, meskipun pemikirannya hampir serupa dengan Sosialis.

Seperti itulah peta pentas ideologi pada 9 April mendatang. Diluar 6 partai tersebut, jelas bahwa ideologi yang diperjuangkan partai-partai lebih ke arah sosial demokrat. Haluan ini menunjukkan bahwa tujuan mereka disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Tidak adanya rujukan ideologi/corak pemikiran, menjadikan partai-partai tersebut akan fleksibel dalam 'bermain' di arena politik. Disisi lain, partai hanya dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan sesaat, bukan sebagai alat dalam mencapai perjuangan. Pada akhirnya, sikap partai akan disesuaikan dengan sikap pimpinan/pengurus, bukan disesuaikan dengan rujukan ideologi yang menjadi senjata partai dalam mencapai cita-cita kebangsaan. So, cermatlah dalam memilih! :)

Komentar

Postingan Populer