Memahami Esensi Sarapan Pagi
sumber: http://punyaliana.files.wordpress.com/2013/03/toast.jpg |
Apakah anda sering melupakan sarapan? Atau anda justru termasuk orang yang tidak menganggap
sarapan itu penting? Jika anda ada diantara kedua pilihan itu, maka anda tidak
sendiri. Mayoritas dari masyarakat Indonesia memang belum mengetahui esensi
dari sarapan. Ini terlihat dari kurangnya sosialisasi budaya pentingnya sarapan
dari orangtua ke anak-anaknya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada tahun 2008, hanya 1
persen anak-anak yang tidak jajan. Data tersebut adalah ekses dari kurangnya
pengenalan orangtua tentang manfaat sarapan, sehingga anak-anak lebih cenderung
jajan guna mengenyangkan perut mereka ketika lapar. Padahal sarapan amat
penting bagi masa perkembangan anak usia 6-18 tahun, sebab sarapan menyuplai
sepertiga kebutuhan energi tubuh (termasuk otak). Jika tidak dipenuhi, maka
daya kerja otak akan menjadi berkurang.[i]
Berdasarkan penjelasan Ronald
E. Kleinman, M.D. , dokter spesialis gastroenterology
anak (ilmu kedokteran yang berkonsentrasi pada penyakit sistem pencernaan anak,
pen) sekaligus pengajar pada Harvard
University, rata-rata anak yang tidak sarapan memiliki daya pikir dan kemampuan
mengingat yang rendah dibandingkan dengan yang sarapan. Pernyataan ini juga
diperkuat dengan beberapa studi yang dilakukan Inggris terhadap 600 murid mengenai
kebiasaan sarapan dan performa mereka disekolah. Hasil dari data itu adalah
bahwa dibandingkan dengan rekannya yang sarapan, mereka yang tidak sarapan
lebih lamban berfikir dan bergerak serta lebih mudah tersinggung.ii Mereka juga sulit memahami pelajaran dan
memiliki perhatian yang kurang tentang materi yang disampaikan.
Tak hanya penting bagi anak-anak, sarapan juga amat penting bagi
orang dewasa. Berdasarkan penelitian, orang yang sering melewatkan sarapan
memiliki resiko tinggi terkena serangan jantung koroner. Seperti yang dirilis
oleh jurnal Circulation Amerika
Serikat pada tahun 2013, menganalisa data kuisioner mengenai hubungan antara
frekuensi makan dengan kondisi kesehatan setelahnya. Dari 26.000 laki-laki usia
45 hingga 82, selama 16 tahun, hampir 1.600 orang mengalami serangan jantung
untuk pertama kalinya. Studi mencatat bagi mereka yang jarang sarapan,
cenderung lebih muda dalam kemungkinan merokok, bekerja full-time, kurang aktif
dalam beraktivitas dan meminum lebih banyak alcohol.
Fungsi sarapan pada umumnya, dapat menggantikan gula darah yang
turun. Kejadian tersebut disebabkan tubuh tidak menerima asupan makanan setelah
menyantap makan malam. Saat tidur, organ dalam manusia masih beraktivitas.
Energi yang dibutuhkan dalam proses ini, berasal dari makan malam. Dampaknya,
ketika bangun pagi maka tubuh akan terasa lapar (karena kadar gula turun) dan
memerlukan asupan energi yang baru. Sarapan inilah yang memberikan asupan
tersebut, dan digunakan sebagai bahan penunjang metabolisme sampai siang hari. Wajar
saja bila kita temui dilapangan, orang yang tidak sarapan akan lunglai dalam
aktivitas di pagi hari. Bahkan sebagian dari kita masih ingat saat masa sekolah
dahulu, banyak peserta upacara yang jatuh pingsan karena lupa sarapan.
Selain mempengaruhi kinerja aktivitas tubuh, sarapan ternyata juga
mempengaruhi gaya hidup dan kondisi psikis seseorang. Sebuah penelitian di
Jepang yang melibatkan 3000 orang yang tidak memiliki budaya sarapan pagi
selama mereka beranjak dewasa (remaja) . Mereka yang jarang sarapan, umumnya
memiliki masalah dengan keluarga. Akibatnya ini berpengaruh terhadap kondisi
psikis remaja. Hasilnya, rata-rata responden melakukan hubungan sex pertama
kali pada usia 17,5 tahun. Data ini dibawah rata-rata hilangnya keperawanan
secara umum di negeri matahari terbit tersebut, yaitu pada kisaran usia 19
tahun. Itu tentu berbanding terbalik dengan para remaja yang memiliki budaya
sarapan rutin, dengan usia rata-rata melakukan hubungan sex pertama kali pada
usia 19,4 tahun.[iii]
Hal tersebut tentu tidak membuat kita terlalu terkejut, karena pada
umumnya remaja terkadang memilih pelarian sex dalam menghadapi masalah.
Penelitian ini diperkuat dengan pernyataan Prof. Dr. Hardinsyah, MS. Menurut
Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor (IPB) tersebut, sarapan juga berpengaruh terhadap kondisi
psikis dan emosional seseorang.iv Tak hanya itu, orang yang jarang
sarapan juga cenderung untuk mengkonsumsi banyak cemilan setelah makan.
Kebiasaan ‘lupa sarapan’ yang terjadi pada sebagian besar masyarakat
kita, bukanlah tanpa sebab. Kesibukan yang padat , menjadikan adanya
kecenderungan berfikir bahwa membuat sarapan itu sulit dan rumit. Terlebih lagi
paradigma masyarakat kita tentang empat sehat-lima sempurna, juga diberlakukan
pada sarapan. Padahal sarapan tidaklah serumit demikian. Sarapan dilakukan
untuk memenuhi kalori yang kita butuhkan sampai makan siang. Sarapan dengan
sereal/ roti dan susu bisa menjadi asupan kalori yang cukup untuk mengawali aktivitas
kita di pagi hari.
Sarapan sehat, mudahkah?
Berbicara mengenai sarapan, tentu tak bisa terlepas dari asupan
nutrisi yang kita terima. Mayoritas dari kita, lebih memilih mengkonsumsi
makanan yang membuat perut kita lekas kenyang. Padahal sarapan bukanlah urusan
perut kenyang semata. Dalam sarapan, setidaknya kita patut memperhatikan jenis
makanan dan asupan yang kita konsumsi. Seperti yang dijelaskan awal, saat tidur
dimalam hari, tubuh kita melepaskan banyak nutrisi penting dalam tubuh. Salah
satunya adalah zat gula yang dilepas pada lapisan otot dan liver (glikogen). Diperlukan
makanan yang mengandung banyak vitamin
dan mineral guna meningkatkan kadar gula darah yang turun di pagi hari. Pisang,
contohnya, dapat memenuhi kebutuhan nutrisi vitamin C, vitamin B-6, magnesium,
potassium dan karbohidrat bagi tubuh.
Selain pisang, kita juga bisa mengonsumsi glukosa karbohidrat yang
baik seperti sereal. Makanan ini dapat meningkatkan kemampuan memori otak. Hal
tersebut dikarenakan fungsi memori otak yang memerlukan cukup asupan glukosa
bagi tubuh. Kita juga bisa memilih menu sarapan, misalnya seporsi omelet yang
berisi irisan tomat. Seporsi sereal dengan susu rendah lemak, atau telur rebus
juga dapat menjadi alternative pilihan. Sebagai catatan, satu butir telur
ukuran besar mengandung 70 kalori serta memenuhi 13% dari kebutuhan protein
harian. Yang terpenting menurut beberapa pakar nutrisi adalah, seimbangnya
asupan karbohidrat kompleks dan protein selalu ada dalam menu sarapan kita.v
Dengan demikian, sejatinya kita tak akan sulit menemukan komposisi
sarapan yang akan dikonsumsi untuk sehari-hari. Tekad dan keinginan yang kuat
untuk sarapan, harus menjadi modal utama dalam melakukan perubahan pola hidup
sehat kita. Penerapan pola hidup sehat sejak dini, nantinya akan menjadi
karakter dalam diri kita, dan tentunya akan diterapkan bagi keluarga kita.
Kelak, baik kita maupun keluarga kita dapat merasakan manfaat dari perubahan
pola hidup yang kita lakukan. Maka tidak alasan kembali bagi kita, untuk
melalaikan sarapan pagi. Seperti sebuah slogan yang sering kita dengar dalam
kehidupan kita: Kalau bukan sekarang,
kapan lagi?. Kalau bukan kita, siapa lagi?
[i] Seperti yang dijelaskan oleh Pakar Nutrisi Tanya
Zuckerbrot, R.D dalam bukunya The
F-Factor Diet
ii diakses dari Parenting.co.id pada 25/07/2012
iii diakses dari Okezone.com pada 26/12/2008
iv dikutip dari tribunnews.com pada 08/01/2013
v Ini disampaikan oleh dr. IndahFadhly, B. Med.SC, dari Brawijaya Clinic Jakarta dalam sebuah
artikel di pesona.co.id yang diakses pada
10/11/2013. Pandangan yang hampir
serupa juga disampaikan oleh Anna Ardine,
seorang manajer ahli diet dari magee-womens
hospital Pittsburgh. Secara khusus
dia menjelaskan pola sarapan sehat bagi wanita hamil, dalam sebuah
artikel di detik.com pada 02/10/2013
Komentar
Posting Komentar