Serba-serbi Kupang: Meretas budaya lokal kota kasih

Oke kali ini saya akan membedah sedikit mengenai serba-serbi kupang. Untuk postingan pertama, saya akan membahas mengenai sosial-budaya masyarakat disini. Di kota ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa Kupang. Bahasa ini kerapkali disebut 'bahasa indonesia yang kacau-balau' oleh beberapa pakar bahasa. Hal ini mungkin dikarenakan orang kupang sering menyingkat kosakata bahasa Indonesia (yang mempunyai akar bahasa melayu riau), seperti 'Su' untuk 'sudah', 'sa' untuk 'saja' dan beberapa kosakata lainnya.
Namun, sesungguhnya bahasa kupang ini mempunyai kesamaan dengan lingua franca nya orang Ambon. Maka tak heran bila banyak kosakata orang ambon diserap oleh orang kupang.Sebut saja 'beta' , 'ale', 'katong' dan 'pung'. Bahkan beberapa lagu gubahan para musisi kota manise laku keras disini, seperti Cinta sakota 1, Cinta Sakota 2, dan yang paling hits adalah Beta mati rasa .

Yang khas dari interaksi sosial budaya adalah cara berkomunikasi dari mereka. Kebanyakan daro mereka terbiasa berucap kata-kata frontal bahkan cenderung jauh dari norma-norma yang umumnya dipegang teguh oleh orang Indonesia yang berada di kawasan Sumatera-Jawa. Walhasil, jangan heran bila kita akan sering menemukan 'kata-kata bernada makian (kadang berbau vulgar)' dalam interaksi percakapan masyarakat disni. Uniknya, tak ada yang marah dalam interaksi tersebut.


Budaya Pesta Pora, Budaya Belanja Ria

Di Kota ini, pesta seolah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat ini. Hampir dalam setiap acara pernikahan&besar, pasti ada pesta pora. Pesta disini saya anggap berbeda, karena disertai acara menenggak bir serta moke (sejenis tuak lokal khas kupang), serta berjoget ria ala dugem. Tak hanya itu, 'nafsu' belanja masyarakat amat besar. Tak heran bila pasar selalu ramai disini. Ini dikarenakan pengaruh televisi yang sehari-hari mereka tonton. Bahkan muncul adagium yang menyatakan "Kemarin baru muncul di Televisi Jakarta, Besok sudah ada di Kupang". Dampaknya adalah orang Kupang terkesan takut dibilang ketinggalan zaman bila tak seirama dengan orang Jakarta. Walhasil, bermunculah banyak masyarakat kupang yang 'bercitara sinetron Jakarta". 

Oh ya, disini juga ada angkutan khas kota Kupang. Oto namanya. Kenapa khas? karena kita akan menemukan dentuman kencang dari speaker angkutan ini. Yap! Oto ini full musik, sehingga seringkali disebut diskotik berjalan. Sayangnya, bagi yang tak suka dengar musik keras-keras, hendakya menutup telinga dengan headset, karena suaranya memang keras terdengar. Fungsi musik dalam oto ini adalah sebagai penarik minat penumpang. Bahkan seorang supir penah bercerita kepada saya, bahwa tanpa musik , maka oto akan tak dinaiki penumpang. Ada-ada saja :D . Mungkin postingan saya berakhir sejenak, nanti akan dilanjutkan kembali  :D .



Komentar

Postingan Populer