SEKALI LAGI TENTANG DIA
Beberapa
hari ini, saya kembali dibalut dag dig dug ser lagi. Dia yang sempat membuatku
terpesona, kini menjadikanku bingung tak terkira. Ya, bingung aja. Saya tak lagi
bisa memilah, apa itu sayang-kagum-jengkel-gemes-rindu-gelisah. Ada yang
hilang, saat sapanya tak jua datang. Badan ini serasa meriang, resah bukan
kepalang. Ingin diri ini berdiri diatas realita, tapi tentu juga tak lupa
dengan yang telah diucap kata. “Biarkan hati ini mencinta, sampai batas itu
tiba”.
Ia datang
seolah membawa harapan, meski kusadar itu hanyalah sebuah angan. Yang hadir
dalam keheningan, mimpi kesendirian. Samar senyuman, memupuk kerinduan.
Terkadang muncul pertanyaan: “aku bisa apa untuknya?” Dan itu berujung pada
jawaban: “Aku hanya bisa mencintai apa adanya”. Sederhana, tak ingin megah
jumawa. Apalagi berpamer mesra, di dunia maya. (Oke, cukup bersastra. Kini kita
berdialektika :D)
Pertama,
saya bingung mau mulai darimana. Sama bingungnya dengan menjabarkan pesona pada
dirinya. Tapi saya jelaskan sedikit lah kronologinya. Senin kemarin, ia
tiba-tiba menjawab pesan singkatku. Seperti biasa, setiap hari saya memang suka
berbagi nasihat mutiara kepadanya. Ia bertanya, mengapa saya mengelike
komennya. Duh, tentu sulit menjawabnya. Terlebih lagi dia menebak bahwa aku
kangen padanya (meski sebenarnya lebih suka dengan istilah ‘merindu’). Tentu
sebagai lelaki, saya amat sulit menjabarkannya apalagi mengakuinya.
Olehkarenanya, saya jawab dengan senyuman. Tujuannya, ya biar ia sendiri
menafsirkan apa yang ada dalam jawaban itu.
Permasalahannya,
ternyata dia melihat blog ini (pas baca smsnya saat itu, Seketika kaget). Waduh…
mulailah dia bertanya mengenai maksud apa yang ditulis oleh saya. Makin mumetlah
pikiran saya. Doi bertanya, apa maksud “untungnya bukan siapa-siapa” dalam
tulisan itu. Nah, ini bikin saya jadi mendadak pusing bukan kepalang. Pasalnya,
saya juga sulit menjabarkannya. Disisi lain, muncullah pertanyaan dalam benak
saya:”mengapa dia bertanya tentang itu?”. Padahal, doi sendiri yang bilang
kalau dia sudah berkomitmen (saya sendiri gak begitu mau mendalami dengan siapa
ia berkomitmen). Akhirnya saya pun menjelaskan maksud tersebut dengan susah
payah kepadanya. Intinya saya mau menghargai apa yang dia katakan dan menjaga
perasaan pihak yang berkomitmen dengannya. Karena sebagai lelaki, saya tak
ingin merusak hubungan orang lain. Pantang loh jadi orang ketiga J.
Tapi sampai
saat ini, Ya tetap saja belum terjawab pertanyaan dalam benak saya. “mengapa
dia bertanya tentang itu?”
Komentar
Posting Komentar