Bukan Manusia Biasa

Suatu hari ada percakapan dua orang sahabat setelah pengumuman kelulusan kuliah. Beginilah percakapannya.
A:"Besok lo pengen jadi apa?"
B:"Hm.. gak tahu gue, emangnya lo sendiri mau jadi apa?"
A: " gue pengen ngelanjutin kuliah lagi sob"
B: "Ouh, kemana?"
A: "Insya Allah ke Jerman"
B: "Syukur deh, kalau gue sih pengen biasa-biasa aja. Kerja habis itu berumahtangga"  


Kebanyakan orang ingin menjadi orang yang biasa saja. Tapi tak sedikit orang yang ingin "berbeda". Banyak yang berfikir, bahwa biasa adalah sederhana. Padahal tidaklah demikian. Biasa saja bukan lah sederhana , melainkan ala kadarnya. Setidaknya itulah yang masih jadi pegangan saya.


Manusia secara kodrat mempunyai potensi yang sedemikan rupa. Amat disayangkan bila potensi ini disiakan, karena ingin menjadi manusia biasa. Padahal bisa saja orang ini punya potensi untuk menjadi seseorang yang luar biasa. Olehkarenanya, proses memaksimalkan potensi ini memerlukan sebuah upaya berupa keinginan yang kuat serta do'a

Sedari kecil, saya dilahirkan untuk hidup 'berbeda'. Ketika SD, anak-anak seusia saya diberi uang jajan ssepuluh ribu per hari. Jumlah itu tentu besar, mengingat di zaman saya baru saja habis krismon 98. Sementara, lebih memilih (atau terpaksa memilih) membawa bekal sebagai jajan saya disekolah. Kalaupun diberi, itu hanya berkisar uang koin 500 rupiah. Oleh karenanya ketika saya mendapat jajan uang seribu atau dua ribu, maka sungguh senangnya bukan main tak terkira.

Perbedaan saya sebagai manusia biasa pun kembali terulang ketika saya pindah sekolah (SD). Waktu ini anak-anak seusia saya amatlah membenci sebuah barang yang disebut "peta" atau "atlas". Tapi saya justru saya kebalikannya. Atlas dunia yang berisi negara dan ibukotanya, hampir saya lahap. Sebenarnya, awal mula saya suka atlas karena saya suka melihat warna warni bendera negara. Eh, lama-lama keterusan sampai hafal ibukotanya.BAhkan Buku Pintar dan RPUL menjadi santapan saya, karena disana berisi sebutan mata uang masing-masing negara. Yang lebih lucu lagi, disana saya tahu bahwa ada negara yang Ulang Tahunnya sama dengan Indonesia yaitu kalau gak salah Zaire (Republik Kongo) dan bendera negara yang mirip Indonesia yaitu Monako.

Bukti lanjutan yang menggambarkan saya bukan manusia biasa yaitu ketika SMP. Disaat teman saya asyik membaca komik conan dan doraemon (bahkan shinchan), saya justru melahap novel-novel romantika seperti siti Nurbaya dan Robohnya Surau Kami. Menghabiskan buku-buku itu untuk dimengerti ddalam waktu 2-3 bulan. Akibatnya kalau saya baca komik, gak sampe setengah jam udah selesai memahami isinya. Tak hanya membaca, saya juga bertindak 'memberontak'. Ketika teman yang lain dipalaki, saya justru ogah dan terkesan menantang berkelahi. Beruntung dulu saya adalah orang yang disegani, karena sering mengaji.

(Bersambung)

Komentar

Postingan Populer