Urusan diri

"Ngapain lo ngurusin gue, urus dulu diri lo sendiri"


Perkataan ini mungkin terdengar tak asing bagi kita. Terkadang kalimat tersebut keluar dari mulut kita, disaat seseorang sedang 'mencoba' menasehati kita atau sekadar mengingatkan. Kadangpula kalimat ini keluar dari orang-orang yang kita sayangi. Sejati nya seseorang memang akan risih, bila ada orang lain yang mencampuri hidupnya terlalu dalam, terlebih lagi orang itu bukanlah siapa-siapa. Namun, justru disinilah istimewa orang yang 'menasehati kita'


Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial dan saling memerlukan. Petani tak akan mungkin membesarkan benih padi tanpa penjual pupuk. Begitupula, petani tak akan mengkonsumsi hasil panennya sendiri. Petani tentu akan menjual panennya kepada tengkulak ataupun pedagang. Ini semua menunjukkan bahwa manusia saling membutuhkan dan saling melengkapi, guna menjalani kehidupan di dunia.

Kenyataan tersebut menjadikan manusia adalah makhluk yang tak berdaya bila tak 'bersinggungan' dengan sesamanya. Pernahkah anda patah cinta? ya kira-kira begitulah contohnya. Seseorang yang patah cinta akan merasa dirinya hampa, karena sesuatu yang bermakna hilang dari dirinya. Hal yang sama juga bila kita ditinggal keluarga seperti orangtua, saudara ataupun anak kita.

Ketika ada seseorang yang mencurahkan pikirannya guna memikirkan orang lain, maka sesungguhnya ia mencerminkan pribadi manusia yang sesungguhnya. Ia tidak melawan takdirnya, bahwa manusia saling berbagi dan membutuhkan. Ia juga rela membagi fokus kapasitas daya otaknya, guna memikirkan hal-hal yang terkadang 'diluar pikiran kita'

Manusia yang memikirkan kita seraya memberi masukan dan nasihat kepada kita, sesungguhnya adalah manusia yang peduli dan tulus mengasihi serta mengasihi. Tujuan mereka biasanya hanyalah melihat orang yang dipikirkan menjadi sukses atau bahagia. Inilah yang kadangkala diluar pikiran orang-orang yang berpikir sempit dan berhati benci.

Memikirkan dan memaksakan adalah sesuatu hal yang amat berbeda. Kadang orang yang berpikir sempit dan berhati benci, menyamakan orang yang peduli 'memikirkan' dengan orang yang 'memaksakan'. Seseorang yang memikirkan akan sabar memberi nasihat, memberi berbagai solusi dan menunjukkan bahwa apa yang dia berikan hendaknya dilaksanakan dengan kesadaran dan keikhlasan. Sementara orang yang memaksakan, lebih condong untuk mengharuskan bahkan tak sedikit melakukan dengan ancaman dan tindakan kekerasan.

Orang yang memaksakan, biasanya hanya memberi satu solusi. dan itu harus dituruti dan diikuti. Orang yang memikirkan tidak akan berpikir dua kali terhadap permasalahan yang serupa. Pikirannya terus berkembang, seiring dengan permasalahan yang ada didepan. Masalalu baginya adalah pembelajaran, seraya fokus menatap masa depan yang penuh harapan.

Allah sendiri sudah berfirman, bahwa fungsi manusia adalah saling mengingatkan dan menasehati dalam kesabaran dan kebenaran. Kalau yang kita pikirkan  hanya permasalahan diri kita, maka bukankah kita melawan firman Tuhan? Kalau hidup kita hanya diwarnai oleh keluhan pribadi kita, bukankah kita 'gagal' berstatus sebagai manusia yang saling membutuhkan?

Lalu yang jadi pertanyaan, apakah masih bisa kita berkata : Urusan Gue beda sama Urusan Lo, kepada orang-orang yang (dengan tulus) memikirkan kita?  

Maka hendaknya kita merenung kembali hakikat manusia yang saling membutuhkan dan tugas kita untuk saling menasehati dalam kesabaran serta kebenaran.

Komentar

Postingan Populer